Aku
sangat menyayangi orang tuaku, dialah yang telah mengorbankan hidupnya untukku.
Dialah yang rela membanting tulang demi kebahagiaanku dan menuruti kemauanku.
Dialah yang tak lelah memanjatkan doa-doa untuk keselamatan anaknya. Tidak
pantas jika seorang anak membentak kedua orang tua, menuntut dicukupi kebutuhan
nya sementara orang tua tak mampu. Senyuman serta rasa bangga atas anaknya
itulah yang mereka cita-citakan. Terimakasih
Ibu dan Bapak, karenamu aku memahami airmata. Dan karena engkau pula aku
memahami cinta yang sebenarnya cinta. Tiada
hal yang paling romantis, ketika Ibu dan Bapak bilang "Jaga diri kamu
baik-baik disana, jangan lupa Ibadah" ♥
Dibalik kesuksesan
seorang anak, orangtua adalah yang berperan didalamnya. Mereka tak hanya
memberi materi, tapi juga doa. Jadi
berhentilah mengeluh. Belajarlah tuk jalani hidupmu dgn apa yg kamu miliki.
Bapak, aku sadar di setiap laranganmu, engkau mencoba
melindungiku dari hal-hal yang buruk. Maafkan aku bapak jika selalu membantah
laranganmu.
Terima
kasih bapak, untuk nasihat sederhana namun begitu bermakna dalam segalanya.
Kebaikan seorang ayah lebih tinggi daripada gunung dan kebaikan
seorang ibu lebih dalam dari pada laut.
Kata yang paling indah bagi umat manusia adalah ‘Ibu’ dan
panggilan paling indah adalah ‘Ibuku’. Ini adalah kata penuh harapan dan cinta
yang keluar dari kedalaman hati paling dalam.
Pandangan
masyarakat tentang anak yang jauh dari orang tua tidak selalu positif, sebagian
dari mereka menganggap jika anak yang jauh dari orang tua kurang kasih sayang,
nakal, pergaulan bebas. Tetapi beda dengan aku, walaupun aku jauh dari orang
tua dengan posisi orang tua merantau. Tetap saja orang tuaku selalu memantau
dari jauh. Iyaaa, memang rasa kangen banget itu ada apalagi kalu jauh dari
orang tua yang setahun sekali pulang. Menangis ????
Iya
memang benar, setiap rasa rindu itu datang aku pasti menagis. Curhat iya pasti,
tapi curhat hanya lewat telephone. Sejak kecil saat masih TK aku sudah biasa
ditinggal orangtuaku ke perantauan, semua itu mereka lakukan demi masa depan
anak-anaknya untuk membiayai sekolah anaknya. Sejak kecil aku dititipkan nenek,
bahkan sampi sekarang kuliah pun masih jauh dengan orang tua. Masalah ekonomi
iya memang kecukupan, Alahamduliah apa yang diinginkan anaknya selalu dituruti.
Tinggal bersama orang lain apalagi ini
judulnya numpang (meskipun bapak memberikan uang bulanan rutin ke nenek)
berarti harus ikut aturan main dari nenek dan anggota keluarga yang ada di
dalam rumah tersebut. Dan tinggal bersama nenek itu artinya jangan sering
kelayapan kecuali untuk urusan sekolah bahkan untuk ekstra kulikuler skalipun,
karena menurut nenek esktra kulikuler itu bisa merusak nilai.
Tinggal
bersama nenek artinya kita setuju bahwa tidak ada temen cowok yang boleh main
ke rumah, bahkan itu aturan juga dari orangtuaku. Kalo mau nekat silahkan tapi
harus siap mental aja bagi si tamu. Saya mengajak teman cowok main ke rumah
saja tidak berani apalagi pacaran.
Pacaran ?, iya kata yang sangat asing
bagiku. Bapakku dari kecil sudah mewanti-wanti kalo belum selesai pendidikan
tidak boleh pacaran.
Lalu apakah masa SMA aku akan menjadi cerita anak SMA yang kelabu karena kebebasannya
terkekang oleh peraturan-peraturan dari orang tua ? Ya ngga lah. Pesan bapak
“boleh ndableg asal jangan kurang ajar” itu adalah sebuah win-win solution
bagiku.
Pada saat SMA
aku tetep ikut ekstra kulikuler, sering kok pulang agak sore bahkan nginep di
sekolahan. Saya juga punya banyak temen cowok *tapi
ngga pernah punya pacar*. Beberapa kali diantar temen cowok pulang ke rumah
tapi cuma sampe di depan rumah biar ngga ketauan nenek. Sebenarnya bukan hanya takun pada nenek ataupun
orang tua, tapi antisipasi dari omongan tetangga yang biasa ngerumpi yang
terkadang menebar fitnah yang semestinya tidak menjadi kenyataan.
Aku sadar kok apa yang dilakukan orangtua dan nenek itu pasti
untuk kebaikan kita juga. Mungkin orangtua dan nenek punya pertimbangan sendiri
kenapa melakukan hal itu. Ada banyak hikmah yang saya petik dari cerita anak SMA ku. Pertamakalinya tinggal jauh dari
orang tua itu artinya belajar mandiri, belajar toleransi dengan kebiasaan orang
lain, belajar mengelola keuangan sendiri (pertama kalinya juga saya buka
tabungan Bank yaitu saat SMA), Dan belajar lebih menghargai kebersamaan dengan
keluarga, yang biasanya ketemu tiap hari jadi setahun sekali.
Aku anak
pertama, mempunyai satu adik perempuan sekarang duduk di kelas 3 SMP. Saya beryukur
dilahirkan dikeluarga utuh dan penuh kasih sayang, walaupun banyak peraturan
dan jauh dari orang tua. Apalagi sekarang satu keluarga berpisah semua beda
daerah. Adikku masih tinggal sama nenek di Pati, sekarang aku kuliah di
Semarang semester lima, dan orang tua di Sumatra. Bahkan untuk berkumpul dengan
adik saja sangat jarang karena aku pulang sebulan sekali, semua itu yang
membuat aku dan adikku tidak begitu akrab seperti bukan kaka adik. Apalagi perbedaan
fisik kami yang sangat jauh berbeda, bahkan tidak sedikit orang yang mnganggap
kalau aku tidak anak kandung dari orang tuaku karena perbedaan fisik. Dari beberapa
anggapan itu sering muncul pertanyaan yang terlontal untuk ibukku. Tidak ada
yang tersinggung dari pertanyaan itu, semua wajar-wajar saja. Dan ibukku dengan
senang hati menceritakan pengalaman selama hamil sering sakit bahkan sampai
sekarangpun masih sering sakit.
Iya karena
adikku dilihat dari fisik masih bisa lah dilihat mirip bapakku dan ibukku,
tetapi beda dengan aku. Aku pun tidak tau, aku mirip dengan siapa. Huhuu menyedihkan
sekali....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar