Sabtu, 22 September 2018

Filsafat Ilmu (Analisis Agama, Filsafat, dan Ilmu)


     JUDUL                  : MENGINTEGRASIKAN AGAMA, FILSAFAT, DAN SAINS
PENELITI            : NURAINI
TAHUN                 : 2016

A.    LATAR BELAKANG
Sejarah manusia tidak pernah lepas dari usaha pencarian Tuhan. Sepanjang perjalanannya mencari Tuhan, Sebagian besar manusia benar-benar menemukan Tuhan, Akan tetapi banyak juga yang terlena dalam impian yang tidak jelas ketika mencoba memaksakan diri untuk menjangkau hakekat Tuhan yang sesungguhnya. Pembahasan filsafat dan agama bukanlah hal yang tabu. Wacana tentang pemaduan antara agama dan filsafat termasuk salah satu obyek kajian yang menjadi tuntutan lingkungan terutama menurut para filosof yang mempercayai bahwa agama adalah suatu kebenaran yang tidak dapat diragukan, dan mereka menghormati nilai-nilai serta prinsip-prinsipnya. Namun mereka juga percaya akan keluhuran dan orisinalitas filsafat. Mereka melihat filsafat sebagai kebenaran yang tak diragukan, dan oleh karenanya, mereka tidak ingin mengorbankan filsafat karena agama dan tidak ingin membunuh agama demi filsafat. Ada beberapa konsep pemikiran dalam berbagai varian kemudian muncul sebagai usaha mempertemukan kebenaran filsafat dan agama sebagai kesatuan kebenaran, dan bahwa antara filsafat dan agama masing-masing saling berhubungan.

B.     KAJIAN TEORI
Religi berasal dari religare yang berarti mengikat. Ajaran-ajaran agama memang mempunyai sifat mengikat bagi manusia. Seorang yang beragama tetap terikat dengan hukum-hukum dan aturan-aturan yang ditetapkan oleh agama. Pengertian agama menunjuk kepada jalan atau cara yang ditempuh untuk mencari keridhoan Tuhan.
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakikat segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Dalam berfikir filsafat perlu dipahami karakteristik yang menyertainya, pertama adalah sifat menyeluruh artinya seorang ilmuan tidak puas lagi mengenal ilmu hanya dari segi pandang ilmu sendiri, tetapi melihat hakekat ilmu dalam konstalasi pengetahuan yang lainnya. Kedua sifat mendasar, artinya bahwa seorang yang berfikir filsafat tidak sekedar melihat ke atas, tapi juga mampu membongkar tempat berpijak secara fundamental. Ketiga, sifat spekulatif, bahwa untuk dapat mengambil suatu kebenaran kita perlu spekulasi.
Ilmu adalah pengetahuan yang pasti, sistematis, metodik, ilmiah, dan mencakup kebenaran umum mengenai objek studi. Sedang ilmu pengetahuan sendiri mempunyai pengertian sebagai hasil usaha pemahaman manusia yang disusun dalam satu sistematika mengenai kenyataan, struktur, pembagian, bagian-bagian dan hukum-hukum tentang hal ikhwal yang diselidikinya (alam, manusia, dan juga agama) sejauh yang dapat dijangkau daya pemikiran manusia yang dibantu penginderaannya, yang kebenarannya diuji secara empiris, riset dan experimental.
Prof. Dr. H. H. Rasyidi juga menjelaskan bahwa terdapat Perbedaan antara Agama dan Filsafat antara lain :
1.      Filsafat adalah berfikir, sedangkan agama adalah mengabdikan diri.
2.      Agama berhubungan dengan hati (keyakinan), sedangkan filsafat berhubungan dengan pemikiran.
3.      Agama banyak hubungannya dengan hati, sedangkan filsafat banyak hubungannya dengan pikiran yang dingin dan tenang.
Adapun bedanya filsafat dengan ilmu diantaranya:
1.      Filsafat menyelidiki, serta memikirkan seluruh alam kenyataan dan menyelidiki bagaimana hubungan kenyataan satu sama lain.
2.      Filsafat tidak saja menyelidiki tentang sebab akibat tetapi menyelidiki hakikatnya sekaligus.
3.      Dalam pembahasannya filsafat menjawab apa ia sebenarnya, dari mana asalnya & hendak kemana perginya.
Filsafat, ilmu dan agama mempunyai hubungan yang terkait dan reflektif karena ketiganya tidak dapat bergerak dan berkembang tanpa akal, rasa, dan keyakinan. Hubungan Filsafat, ilmu dan agama antara lain:
1.      Kebenaran ilmu pengetahuan adalah kebenaran positive, kebenaran filsafat adalah kebenaran spekulatif (dugaan yang tidak dapat dibuktikan secara empiris, riset dan eksperimental), kebenaran agama bersifat mutlak (absolut) karena agama adalah wahyu yang diturunkan Allah
2.      Filsafat yang mengedepankan eksplorasi logika yang radikal dan bebas ternyata tidak selamanya mampu memberikan solusi terbaik kepada manusia. Filsafat dari waktu ke waktu tidak pernah mengalami kemajuan (passif). Filusuf hanya bisa berfikir tanpa bisa mengekspresikan hasil pemikirannya dalam bentuk yang lebih praktis. Inilah yang menghambat.
4.      Ilmu (sains) menjadi cabang atau pemekaran dari filsafat itu sendiri yang tidak hanya mengandalkan kekuatan logika semata, tetapi sudah berupaya menjabarkan dengan bukti-bukti empiris dan rasional melalui riset-riset atau uji coba yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Namun hal itu belum cukup untuk menjawab dan menyelesaikan problematika kehidupan karena sering dijumpai teori (ilmu) yang tidak sesuai dengan realita, begitu pula sebaliknya, realita tidak selamanya harus dibarengi dengan teori. Oleh karena itu manusia terus mencari solusi guna menjawab tantangan-tantangan tersebut, yaitu dengan agama.
5.      Agama lahir sebagai pedoman dan panduan bagi kehidupan manusia. Lahir dari proses penciptaan dzat yang berada di luar jangkauan akal manusia dan penelitian pada objek-objek tertentu.

C.    KESIMPULAN
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagai pemilik kebenaran hakiki, agama menjadi alternatif terakhir dalam pumatakhiran suatu persoalan dalam ilmu dan filsafat. Namun, tidak dapat dipungkiri pula bahwa agama juga tidak akan terlepas dari filsafat dan ilmu. Jadi, hubungan antara agama, ilmu, dan filsafat memiliki sisi saling keterkaitan, saling mendukung dan saling menguatkan satu sama lain.


Kelebihan:
1.      Jurnal berjudul “Mengintegrasikan Agama, Filsafat, dan  Sains” memaparkan secara jelas dan lengkap mulai dari pendahuluan atau latar belakang dari permasalahan, mendiskripsikan langkah per langkah, dan sudah menjelaskan mengenai gama, filsafat, dan ilmu secara jelas.
2.      Kata yang digunakan bersifat baku dan sesuai dengan kamus EYD.

Kekurangan:
1.      Dapat dilihat dari judul yaitu “Mengintegrasikan Agama, Filsafat, dan Ilmu. Ditinjau dari kata “Mengintegrasikan” yang berarti berpadu (bergabung atau menyatukab supaya menjadi kesatuan yang utuh). Alangkah baiknya pada kesimpulan dijelaskan secara lengkap mengenai hubungan agama, filsafat, dan ilmu yang ditinjau dari konsep, pengertian, dan lingkup dari aspek agama, filsafat, dan ilmu. Jadi, pada kesimpulan menjelaskan mengenai integrasi dari agama, filsafat, dan ilmu yang berlandaskan permasalahan yang kompleks. Diharapkan pembaca mampu memahami makna dari integrasi tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar